Translate

Selasa, 30 Juni 2015

Fakta dan Mitos Seputar HIV



Sesekali ini saya tergelitik ingin membahas seputar kesehatan nih. Apakah itu? HIV dan AIDS. Wow? Serem. Masa sih? Ayo, mari kita bedah bersama fakta dan mitosnya.

Courtesy: www.pehtem.com


1. Tertular HIV sama dengan terkena AIDS?

Tidak. Ini dua hal yang berbeda walau satu lingkup. HIV adalah Virus yang menyerang sistim kekebalan manusia (Human Immuno Virus). Sementara AIDS adalah sebuah kondisi dimana sistim kekebalan tubuh seseorang telah menjadi begitu lemah dengan disertai berbagai tanda disebabkan infeksi dari virus HIV (Acquired Immune  Deficiency Syndrome).

2. HIV tak dapat disembuhkan

Dengan tehnologi dan obat-obatan terkini, HIV pada tubuh seseorang dapat ditekan hingga mendekati jumlah dimana orang tersebut dapat hidup normal layaknya manusia biasa. Obat-obatan ini salah satunya menggunakan terapi seumur hidup dan beberapa telah disubsidi pemerintah Indonesia, yakni terapi ARV (Anti Retro Viral).

3. Orang Terinfeksi HIV terlihat menakutkan

Orang terinfeksi HIV itu: kurus, kering, banyak luka, koreng, hitam, lusuh dan sebagainya. Orang terinfeksi HIV itu karena ia: pemakai narkotika, pelacur, waria, pendosa, anak haram; TIDAK.
Orang terinfeksi HIV dalam situasi dan masa tertentu bisa terlihat sangat normal dan tanpa gejala sama sekali. Paska terinfeksi HIV dibutuhkan rentang waktu dapat mencapai maks > 15 tahun hingga gejala – gejala tertentu dapat terlihat nyata.
Saat ini infeksi HIV sudah tidak saja di wilayah kelompok khusus yang mendapat pandangan tak baik dari masyarakat: Pengguna Narkotika Suntik, Pekerja Seks, Transgender, dsb. Saat ini wilayah penyebaran HIV sudah di masyarakat umum, pembedaan stigma dan diskriminasi hanya akan mempersulit penanganan pencegahan penyebaran virus HIV di masyarakat.

4. HIV menular dengan berdekatan dan bersentuhan

Sungguh tidak dapat disederhanakan hanya dengan sekadar berdekatan atau bersentuhan biasa dengan seseorang yang membawa virus HIV maka penularannya akan segera terjadi. Setidaknya ada 3 hal yang mendukung: 1.  Ada virus HIV, 2. Ada orang yang membawa virus HIV dan ada orang yang akan ditularkannya, sebagai jalur masuk virus, 3. Prilaku berisiko tinggi menyertainya.

5.  ODHA tidak dapat memiliki anak

Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) tidak dapat memiliki anak atau keturunan dari ODHA akan selalu pasti membawa virus HIV merupakan sebuah pemikiran  yang kini sama sekali telah terbantahkan. Dengan adanya metode PMTCT: Prevention Mother To Child Transmisition (Pencegahan Penularan Ibu Ke Anak) maka melalui rangkaian metode tertentu secara berurutan, penularan virus HIV (nota bene melalui ibu yang HIV+ ke anak yang dikandungnya) dapat dicegah. Sehingga ODHA saat ini memiliki kesempatan besar untuk dapat memiliki keturunan yang HIV -. Silahkan untuk informasi dan layanan dapat menghubungi rumah sakit rujukan terdekat di daerah anda.

6. Sesama ODHA tidak masalah menggunakan pengaman saat berhubungan seks

Ini merupakan penilaian yang sama sekali salah. Perlu dipahami bahwa salah satu fungsi kondom/pengaman selain fungsi kontrol kehamilan adalah mencegah virus masuk melalui luka atau jalur masuk. Selain melalui tes menyeluruh adalah suatu hal yang sulit untuk mengetahui jumlah dan jenis dari virus HIV seseorang. Jika seseorang dengan jumlah virus rendah atau jenis virus yang tak terlalu kuat kembali terinfeksi dengan orang lain yang memiliki jumlah virus lebih banyak serta jenis virus yang lebih kuat, maka ia akan memperburuk kondisi yang telah dimilikinya saat ini.

7. Pengobatan HIV memiliki kecenderungan mahal

Dahulu saat di Indonesia belum memiliki sistim penanggulangan HIV yang menyeluruh memang betul, kebanyakan obat untuk HIV mahal karena paten dan mengimport dari luar. Namun kini atas upaya advokasi yang dilakukan masyarakat sipil, LSM, OMS bekerjasama dengan KPA dan pemerintah Indonesia maka banyak obat – obatan penting dalam hal ini misalnya ARV telah disubsidi oleh pemerintah. Berikut juga layanan kesehatan lain terkait HIV atau infeksi menyertainya telah banyak ditanggung oleh pemerintah nasional dan daerah.

8. HIV adalah kutukan Tuhan

Seperti telah dijabarkan pada poin ke-3, saat ini infeksi HIV tidak memandang bulu akan targetnya. Selama ada kemungkinan penularan melalui 3 prinsip (ada virus, jalur masuk, prilaku berisiko) maka setiap orang memiliki resiko tertular yang sama. Sebagai perumpaan, dari pada sibuk menerka dan mencari kesalahan bagaimana sebuah ular masuk ke dalam rumah, akan lebih baik sigap mengusir dan mencegahnya masuk ke rumah. Penanganan HIV yang berkemanusiaan akan membantu percepatan dalam penanggulangan tanpa harus sibuk menghakimi pembawa virus yang akan mempersulit proses dalam penanggulangan HIV.

9. Kondom tidak efektif mencegah HIV dan meningkatkan seks yang tidak aman

Tergantung kualitas dan uji ketahanannya, kebanyakan kondom yang beredar saat ini telah melewati prosedur uji kesehatan sesuai standar yang ada. Kondom merupakan bagian dari sebuah strategi sistematis, jadi tidak berdiri sendiri dan menjadi suatu acuan. Terdapat kebutuhan untuk pendidikan kesehatan reproduksi, agama dan sebagainya untuk mendukung. Kondom merupakan alat terakhir sebagai pencegahan penyakit menular seksual, HIV dan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

10. ODHA tidak dapat bekerja di ruang publik

Dengan semakin meningkatnya kualitas obat dan pengobatan HIV maka ODHA berhak dan boleh bekerja seperti manusia biasa di ruang publik. ODHA dengan jumlah sel CD4 (sel yang berguna sebagai tentara ketahanan tubuh) cukup sekitar: 800 ke atas dapat bekerja dengan baik. Organisasi Buruh Internasional (ILO) bersama pemerintah Indonesia kerap memberikan sosialisasi dan perlindungan bagi ODHA untuk dapat bekerja secara normal.



Semoga informasi dasar di atas terkait fakta dan mitos HIV dapat menjadi sebuah landasan berpikir sederhana kedepannya dalam penanggulangan HIV di masyarakat. Adapun pemerintah Indonesia dengan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional terus melakukan upaya – upaya dalam isu penanggulangan. Perkembangan terkini isu ini akan dibahas dalam Pernas AIDS V 2015. Sampai berjumpa di Makassar dan tetap berpola hidup sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar