Sesekali ini saya tergelitik ingin membahas seputar
kesehatan nih. Apakah itu? HIV dan AIDS. Wow? Serem. Masa sih? Ayo, mari kita
bedah bersama fakta dan mitosnya.
![]() |
Courtesy: www.pehtem.com |
1. Tertular
HIV sama dengan terkena AIDS?
Tidak. Ini dua hal yang berbeda walau satu lingkup. HIV
adalah Virus yang menyerang sistim kekebalan manusia (Human Immuno Virus). Sementara
AIDS adalah sebuah kondisi dimana sistim kekebalan tubuh seseorang telah
menjadi begitu lemah dengan disertai berbagai tanda disebabkan infeksi dari
virus HIV (Acquired Immune Deficiency
Syndrome).
2. HIV tak
dapat disembuhkan
Dengan tehnologi dan obat-obatan terkini, HIV pada tubuh
seseorang dapat ditekan hingga mendekati jumlah dimana orang tersebut dapat
hidup normal layaknya manusia biasa. Obat-obatan ini salah satunya menggunakan
terapi seumur hidup dan beberapa telah disubsidi pemerintah Indonesia, yakni
terapi ARV (Anti Retro Viral).
3. Orang
Terinfeksi HIV terlihat menakutkan
Orang terinfeksi HIV itu: kurus, kering, banyak luka, koreng,
hitam, lusuh dan sebagainya. Orang terinfeksi HIV itu karena ia: pemakai
narkotika, pelacur, waria, pendosa, anak haram; TIDAK.
Orang terinfeksi HIV dalam situasi dan masa tertentu bisa
terlihat sangat normal dan tanpa gejala sama sekali. Paska terinfeksi HIV
dibutuhkan rentang waktu dapat mencapai maks > 15 tahun hingga gejala –
gejala tertentu dapat terlihat nyata.
Saat ini infeksi HIV sudah tidak saja di wilayah kelompok
khusus yang mendapat pandangan tak baik dari masyarakat: Pengguna Narkotika
Suntik, Pekerja Seks, Transgender, dsb. Saat ini wilayah penyebaran HIV sudah
di masyarakat umum, pembedaan stigma dan diskriminasi hanya akan mempersulit
penanganan pencegahan penyebaran virus HIV di masyarakat.
4. HIV menular
dengan berdekatan dan bersentuhan
Sungguh tidak dapat disederhanakan hanya dengan sekadar
berdekatan atau bersentuhan biasa dengan seseorang yang membawa virus HIV maka
penularannya akan segera terjadi. Setidaknya ada 3 hal yang mendukung: 1. Ada virus HIV, 2. Ada orang yang membawa virus
HIV dan ada orang yang akan ditularkannya, sebagai jalur masuk virus, 3. Prilaku
berisiko tinggi menyertainya.
5. ODHA tidak
dapat memiliki anak
Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) tidak dapat memiliki anak
atau keturunan dari ODHA akan selalu pasti membawa virus HIV merupakan sebuah
pemikiran yang kini sama sekali telah
terbantahkan. Dengan adanya metode PMTCT: Prevention Mother To Child
Transmisition (Pencegahan Penularan Ibu Ke Anak) maka melalui rangkaian metode
tertentu secara berurutan, penularan virus HIV (nota bene melalui ibu yang HIV+
ke anak yang dikandungnya) dapat dicegah. Sehingga ODHA saat ini memiliki
kesempatan besar untuk dapat memiliki keturunan yang HIV -. Silahkan untuk
informasi dan layanan dapat menghubungi rumah sakit rujukan terdekat di daerah
anda.
6. Sesama ODHA
tidak masalah menggunakan pengaman saat berhubungan seks
Ini merupakan penilaian yang sama sekali salah. Perlu
dipahami bahwa salah satu fungsi kondom/pengaman selain fungsi kontrol
kehamilan adalah mencegah virus masuk melalui luka atau jalur masuk. Selain
melalui tes menyeluruh adalah suatu hal yang sulit untuk mengetahui jumlah dan
jenis dari virus HIV seseorang. Jika seseorang dengan jumlah virus rendah atau
jenis virus yang tak terlalu kuat kembali terinfeksi dengan orang lain yang
memiliki jumlah virus lebih banyak serta jenis virus yang lebih kuat, maka ia
akan memperburuk kondisi yang telah dimilikinya saat ini.
7. Pengobatan HIV
memiliki kecenderungan mahal
Dahulu saat di Indonesia belum memiliki sistim penanggulangan
HIV yang menyeluruh memang betul, kebanyakan obat untuk HIV mahal karena paten
dan mengimport dari luar. Namun kini atas upaya advokasi yang dilakukan
masyarakat sipil, LSM, OMS bekerjasama dengan KPA dan pemerintah Indonesia maka
banyak obat – obatan penting dalam hal ini misalnya ARV telah disubsidi oleh
pemerintah. Berikut juga layanan kesehatan lain terkait HIV atau infeksi menyertainya
telah banyak ditanggung oleh pemerintah nasional dan daerah.
8. HIV adalah
kutukan Tuhan
Seperti telah dijabarkan pada poin ke-3, saat ini infeksi HIV
tidak memandang bulu akan targetnya. Selama ada kemungkinan penularan melalui 3
prinsip (ada virus, jalur masuk, prilaku berisiko) maka setiap orang memiliki
resiko tertular yang sama. Sebagai perumpaan, dari pada sibuk menerka dan
mencari kesalahan bagaimana sebuah ular masuk ke dalam rumah, akan lebih baik
sigap mengusir dan mencegahnya masuk ke rumah. Penanganan HIV yang
berkemanusiaan akan membantu percepatan dalam penanggulangan tanpa harus sibuk
menghakimi pembawa virus yang akan mempersulit proses dalam penanggulangan HIV.
9. Kondom
tidak efektif mencegah HIV dan meningkatkan seks yang tidak aman
Tergantung kualitas dan uji ketahanannya, kebanyakan kondom
yang beredar saat ini telah melewati prosedur uji kesehatan sesuai standar yang
ada. Kondom merupakan bagian dari sebuah strategi sistematis, jadi tidak
berdiri sendiri dan menjadi suatu acuan. Terdapat kebutuhan untuk pendidikan
kesehatan reproduksi, agama dan sebagainya untuk mendukung. Kondom merupakan
alat terakhir sebagai pencegahan penyakit menular seksual, HIV dan mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan.
10. ODHA tidak dapat bekerja di ruang publik
Dengan semakin meningkatnya kualitas obat dan pengobatan HIV
maka ODHA berhak dan boleh bekerja seperti manusia biasa di ruang publik. ODHA
dengan jumlah sel CD4 (sel yang berguna sebagai tentara ketahanan tubuh) cukup
sekitar: 800 ke atas dapat bekerja dengan baik. Organisasi Buruh Internasional
(ILO) bersama pemerintah Indonesia kerap memberikan sosialisasi dan
perlindungan bagi ODHA untuk dapat bekerja secara normal.
Semoga informasi dasar di atas terkait fakta dan mitos HIV
dapat menjadi sebuah landasan berpikir sederhana kedepannya dalam
penanggulangan HIV di masyarakat. Adapun pemerintah Indonesia dengan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional terus
melakukan upaya – upaya dalam isu penanggulangan. Perkembangan terkini isu ini
akan dibahas dalam Pernas AIDS V 2015. Sampai berjumpa di Makassar dan
tetap berpola hidup sehat.