Translate

Minggu, 13 September 2015

Pendekatan ABC dalam pencegahan HIV - AIDS

Sumber Gambar: http://www.wgsi.utoronto.ca/GAAP/publications/opening/workshop.html

Sebagaimana kita telah sering mendengar bahwa faktor penularan HIV terbesar adalah:

  1. Prilaku Seks Tidak Bertanggungjawab
  2. Penggunaan NAPZA Suntik tidak aman
  3. Jalur Melahirkan
Dua pola penularan di atas merupakan hasil dari sebuah prilaku yang mana bila ada sebuah pedoman dengan pemahaman serta persebaran informasi baik dapat menekan penularan HIV.

Dalam pembahasan sebelumnya terkait stigma dan diskriminasi, kita telah mulai memahami bahwa pentingnya menjadi seorang role model dengan acuan perilaku baik dan bertanggungjawab termasuk penguasaan informasi untuk mencegah penularan. Pendekatan yang selama ini diketahui jamak dikenal sebagai: "Pendekatan ABC".

Dalam konteks penularan melalui prilaku seks. Pendekatan ABC memiliki kepanjangan

A Sebagai Abstain

Abstain sebagai bentuk sikap pengejawantahan seseorang dari nilai dan norma (termasuk agama) yang diperoleh semenjak kecil mengenai pilihan untuk tidak melakukan sama sekali prilaku seksual sehingga siap. Dalam hal kesehatan produksi pun dipahami bahwa beberapa organ seksual sebaiknya baru mulai aktif melakukan prilaku seksual dalam usia tertentu. Dampak dari prilaku seksual yang terlalu dini (selain penularan HIV dan Penyakit menular Seksual) adalah pada masalah terganggunya fungsi organ seksual seseorang.

B Sebagai Be Faithful

Be faithful atau "menjadi setia" adalah sebuah upaya untuk melakukan hubungan seksual dengan satu pasangan saja sebagai salah satu bentuk tanggungjawab secara konkrit. Dengan menekan jumlah pasangan dipercaya dapat menekan resiko untuk terjadinya prilaku seks yang tidak bertanggungjawab. Dengan satu pasangan yang sah secara agama dan hukum kita melindungi diri dan pasangan untuk mencegah masuknya virus dari luar (terkait pola seks berganti pasangan).

C Sebagai Condom

Condom, Jika kita mempercayai "Pendekatan ABC" sebagai sebuah upaya pencegahan penyebaran HIV dengan pendekatan yang sistematis. Maka, penggunaan kondom merupakan mekanisme pertahanan terujung di mana kita meyakin kondom sebagai benteng terakhir penularan virus HIV, di mana dengan penggunaan kondom kita mengikis stigma dan meyakini bahwa

setiap orang tanpa pandang bulu latar belakangnya memiliki resiko penularan HIV terlebih jika prilaku seksualnya cenderung tidak bertanggungjawab

Lalu bagaimana dalam konteks penyebaran HIV melalui NAPZA? Atau lebih khusus lagi pada komunitas Pengguna NAPZA Suntik (Penasun). Kurang lebih sama. Hanya saja Abstain dalam isu penasun adalah pilihan untuk tidak menggunakan NAPZA atau pilihan untuk tidak menggunakan metode disuntikan. Be faithful dalam isu penasun adalah untuk tidak menggunakan jarum suntik (sebagai media penularan virus) secara bergantian atau beramai - ramai. Condom dalam isu NAPZA digantikan medianya dengan jarum suntik steril.

"Dalam upaya menegakan pola pencegahan dengan pendekatan ABC pemerintah melalui Komisi Penanggulangan AIDS  Nasional (KPAN) beserta kementerian terkait telah melaksanakan program kondom dan LASS (Layanan Alat Suntik Steril) di Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan Masyarakat rujukan" demikian pernyataan Pengelola Program KPA Kabupaten Tangerang, Hady Irawan.

Sejauh mana pendekatan ABC dan program yang menyertainya memiliki tingkat keberhasilan akan dibahas dan dijabarkan pada Pertemuan Nasional AIDS V di Makassar pada Oktober 2015 nanti. Mari kita sukseskan upaya pencegahan penyebaran penularan HIV secara bersama, pemerintah dan masyarakat. Sampai berjumpa di Makassar!